Wednesday, March 21, 2012

Hari ini Saya Ulang Tahun dan Mama Marah Sama Saya



Hari ini saya ulang tahun dan mama marah sama saya. Sebetulnya, hari ini 33 tahun yang lalu, mama itu rela gak ya melahirkan saya? Yang saya tahu, hari ini 33 tahun yang lalu, saya sudah membuat mama hampir meninggal…

Apa arti angka 33 dalam hidupmu? Sebuah urutan bilangan yang tidak sedikit tapi masih terlalu sedikit untuk memahami hidup. Dan hidupku? Adalah 17 tahun dalam kesia-siaan. Sisanya? Hanya pencarian eksistensi, penyesuaian situasi, dan kompromi-kompromi kecil yang lainnya. 

17 tahun yang sia-sia adalah pada saat saya mulai meninggalkan keluarg saya untuk satu alasan:  G A L A U. Dari saya lahir saya sudah bertarung dengan mama dalam situasi apapun dan dengan cara yang bagaimanapun. Saya pernah membuat mama koma sesaat setelah saya keluar dari rahimnya. Membuat mama menangis dan berteriak adalah hal yang biasa apa lagi perabotan pecah belah dan alat dapur yang dilempar serta bantingan pintu adalah pertunjukkan sehari-hari. Saya pernah membuat mama histeris, saya pernah membuat mama menggila menyetir mobil, saya pernah membuat mama terbujur kaku  karena emosi. 

                “Ayo sana minta maaf sama mama!” Kata papa suatu malam setelah pertengkaran. Saya terdiam melihat mama terbujur kaku di tempat tidur. Tatapan permusuhan memindai mama dari kepala sampai kaki beliau. “Siapa yang memilih untuk bertindak seperti ini? Bukan saya kan?” Batinku membela diri. Dramatis sekali!
                “Ini..”, sambil papa menyodorkan balsam, “pijit kaki mama, buat kaki mama hangat, biar lemas” saya mengoles balsam ke kaki mama sekedarnya, sementara papa dan abangku sibuk menenangkan beliau dan mengajak berdoa. Betul-betul episode sinetron!

Saya lelah berseteru dengan mama, itu sebabnya saya pergi, saya tidak mau selalu bertengkar dengan orang yang sangat kucintai. Dibalik angkaranya, apakah mama mencintai saya? Kemarahan mengaburkannya. Apakah saya mencintai mama? Sangat, tapi sulit terungkap. Semua itu tertimbun oleh pertikaian kami. Dan pergilah saya dari pelarian ke pelarian berikutnya hingga tak terasa sudah 17 tahun. 

Sekarang saya pulang. Kembali ke rumah untuk suatu alasan: Memperbaiki kesalahan. Kesalahan siapa? Saya tentu saja. Tapi sungguh itu sangat sulit. Sekali lagi harus ada kerendahan hati untuk melakukan kompromi2 kecil. Mama lupa, saya sudah dewasa. 17 tahun moment terlewatkan begitu saja. Mungkin yang ada di memori mama adalah saya yang berumur 15 tahun saat saya meninggalkan rumah. 

Mama terlihat bahagia menyambut saya. Garis-garis tua yang semakin jelas. Goresan eye liner yang sudah tidak tegas. Tapi mama masih tetap cantik. Dengan keramahan yang luar biasa yang dahulu sering saya tanggapi sinis, mama menerima saya di rumah. Dan yah, friksi-friksi dimulai, drama-drama dipentaskan dengan lakon mama dan saya.

17 tahun mama dan saya kehilangan moment hubungan ibu dan anak perempuannya. Saya sangat mengerti itu. Mungkin mama kehilangan moment mengajak saya ke pasar dan memasak bersama di dapur. Mama kehilangan moment ke toko kain dan pergi ke penjahit bersama saya atau mengajari saya berdandan yang adalah salah satu dari banyak keahlian beliau.

Saya sangat paham ketika saya pulang ada sosok-sosok yang memenggil “mama”,”mami”,atau “bunda”. Mereka semua itu adalah pengganti saya. Mama mengayomi mereka semua dan mereka menghormati mama. Hubungan yang jarang kami lakukan saat kami bersama. Saling memperhatikan dan menyayangi. Mama merasa dibutuhkan, sebagai Ibu. Dan ada seorang yang menonjol dari yang lain, yang merebut perhatian mama. Menelepon mama setiap hari menanyakan kabar mama dan mama menelepon dia menanyakan kesehatannya. SMS Cuma mau bilang kangen sama mama. Wow, saya tidak pernah melakukan itu!

Dan hari ini kami memperdebatkan seorang asing itu, setidaknya bagiku, namun sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh Mama. Pertengkaran hebat yang tidak penting tepat sehari sebelum ulang tahunku. Dan saya mulai cemburu atas eksistensi saya yang mengabur. 

Kedekatan fisik mungkin mengesampingkan fokus kasih sayang mama, dan jarak adalah satu-satunya jawaban untuk menjaga getaran cinta. Mama, sekarang kita menjauh lagi, dan kurasakan cinta Mama tulus luar biasa. Saya akan selalu merindukan Mama dalam gambaran saya sendiri.

No comments:

Post a Comment