Hari ini saya ulang tahun dan mama marah sama saya. Sebetulnya, hari
ini 33 tahun yang lalu, mama itu rela gak ya melahirkan saya? Yang saya tahu,
hari ini 33 tahun yang lalu, saya sudah membuat mama hampir meninggal…
Apa arti angka 33 dalam hidupmu?
Sebuah urutan bilangan yang tidak sedikit tapi masih terlalu sedikit untuk
memahami hidup. Dan hidupku? Adalah 17 tahun dalam kesia-siaan. Sisanya? Hanya
pencarian eksistensi, penyesuaian situasi, dan kompromi-kompromi kecil yang
lainnya.
17 tahun yang sia-sia adalah pada
saat saya mulai meninggalkan keluarg saya untuk satu alasan: G A L A U. Dari saya lahir saya sudah
bertarung dengan mama dalam situasi apapun dan dengan cara yang bagaimanapun.
Saya pernah membuat mama koma sesaat setelah saya keluar dari rahimnya. Membuat
mama menangis dan berteriak adalah hal yang biasa apa lagi perabotan pecah
belah dan alat dapur yang dilempar serta bantingan pintu adalah pertunjukkan
sehari-hari. Saya pernah membuat mama histeris, saya pernah membuat mama
menggila menyetir mobil, saya pernah membuat mama terbujur kaku karena emosi.
“Ayo
sana minta maaf sama mama!” Kata papa suatu malam setelah pertengkaran. Saya
terdiam melihat mama terbujur kaku di tempat tidur. Tatapan permusuhan memindai
mama dari kepala sampai kaki beliau. “Siapa yang memilih untuk bertindak
seperti ini? Bukan saya kan?” Batinku membela diri. Dramatis sekali!
“Ini..”,
sambil papa menyodorkan balsam, “pijit kaki mama, buat kaki mama hangat, biar
lemas” saya mengoles balsam ke kaki mama sekedarnya, sementara papa dan abangku
sibuk menenangkan beliau dan mengajak berdoa. Betul-betul episode sinetron!
Saya lelah berseteru dengan mama,
itu sebabnya saya pergi, saya tidak mau selalu bertengkar dengan orang yang
sangat kucintai. Dibalik angkaranya, apakah mama mencintai saya? Kemarahan
mengaburkannya. Apakah saya mencintai mama? Sangat, tapi sulit terungkap. Semua
itu tertimbun oleh pertikaian kami. Dan pergilah saya dari pelarian ke pelarian
berikutnya hingga tak terasa sudah 17 tahun.
Sekarang saya pulang. Kembali ke
rumah untuk suatu alasan: Memperbaiki kesalahan. Kesalahan siapa? Saya tentu
saja. Tapi sungguh itu sangat sulit. Sekali lagi harus ada kerendahan hati
untuk melakukan kompromi2 kecil. Mama lupa, saya sudah dewasa. 17 tahun moment
terlewatkan begitu saja. Mungkin yang ada di memori mama adalah saya yang
berumur 15 tahun saat saya meninggalkan rumah.
Mama terlihat bahagia menyambut
saya. Garis-garis tua yang semakin jelas. Goresan eye liner yang sudah tidak
tegas. Tapi mama masih tetap cantik. Dengan keramahan yang luar biasa yang
dahulu sering saya tanggapi sinis, mama menerima saya di rumah. Dan yah,
friksi-friksi dimulai, drama-drama dipentaskan dengan lakon mama dan saya.
17 tahun mama dan saya kehilangan
moment hubungan ibu dan anak perempuannya. Saya sangat mengerti itu. Mungkin
mama kehilangan moment mengajak saya ke pasar dan memasak bersama di dapur.
Mama kehilangan moment ke toko kain dan pergi ke penjahit bersama saya atau
mengajari saya berdandan yang adalah salah satu dari banyak keahlian beliau.
Saya sangat paham ketika saya
pulang ada sosok-sosok yang memenggil “mama”,”mami”,atau “bunda”. Mereka semua
itu adalah pengganti saya. Mama mengayomi mereka semua dan mereka menghormati
mama. Hubungan yang jarang kami lakukan saat kami bersama. Saling memperhatikan
dan menyayangi. Mama merasa dibutuhkan, sebagai Ibu. Dan ada seorang yang
menonjol dari yang lain, yang merebut perhatian mama. Menelepon mama setiap
hari menanyakan kabar mama dan mama menelepon dia menanyakan kesehatannya. SMS
Cuma mau bilang kangen sama mama. Wow, saya tidak pernah melakukan itu!
Dan hari ini kami memperdebatkan seorang asing itu, setidaknya bagiku, namun sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh Mama. Pertengkaran hebat yang tidak penting tepat sehari sebelum ulang tahunku. Dan saya mulai cemburu atas eksistensi saya yang mengabur.
Dan hari ini kami memperdebatkan seorang asing itu, setidaknya bagiku, namun sudah dianggap sebagai anak sendiri oleh Mama. Pertengkaran hebat yang tidak penting tepat sehari sebelum ulang tahunku. Dan saya mulai cemburu atas eksistensi saya yang mengabur.
Kedekatan fisik mungkin mengesampingkan
fokus kasih sayang mama, dan jarak adalah satu-satunya jawaban untuk menjaga
getaran cinta. Mama, sekarang kita menjauh lagi, dan kurasakan cinta Mama tulus
luar biasa. Saya akan selalu merindukan Mama dalam gambaran saya sendiri.
No comments:
Post a Comment