Tuesday, March 06, 2012

#fiksiminisore#

Tidak selamanya aku akur dengan Ibuku, kami tidak sepakat dalam banyak hal. Dulu waktu aku masih tujuh belas tahun, putus cinta adalah akhir dari segalanya buatku dan bagi ibuku itu adalah cinta monyet yang tidak perlu ditanggapi. Dan tujuh belas tahun kemudian, patah hati adalah pola yang biasa bagiku. Di usia tigapuluhan ini cepat atau lambat dalam berkomitmen bukan lagi masalah. Itu adalah topik nomor sekian setelah deadline kantor dan tagihan kartu kredit. Sementara bagi Ibuku, masalah cinta sama pentingnya dengan urusan perdamaian dunia. Aku seperti patung porselen antik koleksinya yang dia bawa kemana-mana untuk dipamerkan tapi juga begitu dijaga agar tidak retak. Hahahahahaha....

No comments:

Post a Comment