Baru kutahu,
satu bantingan pintu
adalah
ungkapan tidak setuju darimu
Seandainya dulu
maksudmu terungkap dengan lebih bijak ,ibu
Aku takkan
melewatkan pelukkanmu selama tujuh belas tahun
Mungkin
ketidaksepahaman ini karena kita terlalu menyayangi
Tidak ada
alasan yang pasti
kenapa
percakapan harus sampai pada nada tinggi
Hati tidak
kuasa saat amarah melingkupi
Mungkin aku
yang selalu mencobamu dalam ujian
Sabar atau
murka menjadi satu-satunya pilihan
Pergulatan
dan kesulitan adalah pilihanku
Restu yang
pecah dalam tangis
Doa dan
mantra pada sepanjang malammu
Adalah
kekuatanku untuk selalu bertahan
Bagi jiwaku
yang kelelahan
No comments:
Post a Comment